Usia Ideal Anak Dikhitan: Kapan Waktu Terbaik Menurut Medis dan Psikologi?
Usia Ideal Anak Dikhitan: Kapan Waktu Terbaik Menurut Medis dan Psikologi?
Rabu, 29 Oktober 2025 10:30 WIB | 26 views

Sebagai orang tua, merencanakan khitanan (sunat) untuk anak laki-laki adalah salah satu keputusan penting. Selain mempersiapkan acara dan biayanya, pertanyaan terbesar yang sering muncul adalah, "Sebenarnya, kapan usia terbaik untuk anak dikhitan?"

Apakah lebih baik saat masih bayi dan belum mengerti apa-apa? Atau menunggu hingga ia cukup besar dan siap secara mental?

Jawabannya, tidak ada satu jawaban "benar" yang mutlak. Setiap rentang usia memiliki kelebihan dan pertimbangannya masing-masing. Mari kita bedah satu per satu dari kacamata medis dan psikologis.

1. Khitan Saat Bayi (Usia 0 - 1 Tahun)

Di banyak negara, terutama di Amerika Serikat, khitan sangat umum dilakukan beberapa hari setelah bayi lahir (usia neonatal). Di Indonesia, praktik ini juga mulai populer.

Kelebihan:

  • Proses Penyembuhan Cepat: Jaringan tubuh bayi masih dalam proses tumbuh kembang yang pesat, sehingga luka khitan cenderung lebih cepat sembuh.

  • Minim Trauma Psikologis: Bayi belum memiliki ingatan jangka panjang. Ia tidak akan mengingat rasa sakit atau proses khitan itu sendiri.

  • Perawatan Lebih Sederhana: Bayi belum banyak bergerak aktif (merangkak atau berjalan), sehingga risiko infeksi atau cedera pada area luka lebih kecil.

Pertimbangan:

  • Perlu Keahlian Khusus: Tidak semua dokter atau fasilitas kesehatan siap melakukan khitan pada bayi baru lahir. Ini memerlukan penanganan dan peralatan khusus.

  • Kondisi Kesehatan Bayi: Dokter harus memastikan bayi dalam kondisi sehat sempurna, tidak memiliki kelainan (seperti fimosis yang parah atau hipospadia), dan berat badannya cukup.


2. Usia Anak-Anak (Usia 3 - 7 Tahun)

Ini adalah rentang usia di mana anak sudah mulai aktif bermain dan bersosialisasi.

Kelebihan:

  • Mulai Bisa Diberi Pengertian: Anak di usia ini sudah bisa diajak berkomunikasi, meski masih sederhana. Mereka bisa diberi reward (hadiah) agar lebih termotivasi.

  • Potensi Trauma Tertinggi: Ini adalah usia di mana anak sedang mengembangkan rasa takut (terhadap dokter, jarum suntik, atau rasa sakit). Proses khitan bisa menjadi pengalaman yang traumatis jika tidak ditangani dengan pendekatan psikologis yang tepat.

  • Sangat Aktif: Anak di usia ini sulit untuk diam. Perawatan pasca-khitan menjadi tantangan tersendiri karena anak ingin terus berlari dan bermain, yang bisa memperlambat penyembuhan.

Pertimbangan:

  • Potensi Trauma Tertinggi: Ini adalah usia di mana anak sedang mengembangkan rasa takut (terhadap dokter, jarum suntik, atau rasa sakit). Proses khitan bisa menjadi pengalaman yang traumatis jika tidak ditangani dengan pendekatan psikologis yang tepat.

  • Sangat Aktif: Anak di usia ini sulit untuk diam. Perawatan pasca-khitan menjadi tantangan tersendiri karena anak ingin terus berlari dan bermain, yang bisa memperlambat penyembuhan.


3. Usia Pra-Pubertas / Sekolah Dasar (Usia 7 - 12 Tahun)

Di Indonesia, ini adalah rentang usia yang paling umum dan sering dianggap ideal. Banyak orang tua memanfaatkan momen liburan sekolah untuk mengkhitankan anak mereka.

Kelebihan:

  • Kesiapan Mental (Psikologis): Anak sudah lebih dewasa dan paham. Ia bisa diajak diskusi dan mengerti alasan mengapa ia perlu dikhitan (baik untuk alasan agama maupun kesehatan).

  • Kooperatif: Anak di usia ini cenderung lebih mudah mengikuti instruksi dokter selama proses dan perawatan di rumah (misalnya, menjaga kebersihan luka atau minum obat).

Pertimbangan:

  • Rasa Malu: Beberapa anak mungkin mulai memiliki rasa malu, sehingga orang tua dan dokter perlu menjaga privasinya dengan baik selama proses.

  • Faktor Sosial: Banyak teman sebayanya yang juga dikhitan di usia ini, sehingga anak tidak merasa "sendirian" dan bahkan merasa bangga telah "lulus" dari proses khitan.


 Jadi, Kapan Waktu Terbaik? 

Jika kita simpulkan:

  • Secara Medis: Banyak dokter setuju bahwa semakin muda (saat bayi), proses penyembuhan cenderung lebih mudah dan cepat.

  • Secara Psikologis: Usia sekolah dasar (7-12 tahun) sering dianggap sebagai "jalan tengah" terbaik, di mana anak sudah siap secara mental, paham instruksi, dan minim risiko trauma jangka panjang.

  • Dokter akan menilai kondisi fisik anak Anda, memberikan rekomendasi metode khitan terbaik (apakah konvensional, laser, atau stapler), dan membantu Anda menentukan waktu yang paling tepat berdasarkan kesiapan fisik dan mental si kecil.
Yang Terpenting: Konsultasi dengan Dokter

Pada akhirnya, keputusan ada di tangan Anda sebagai orang tua. Pilihan terbaik adalah berkonsultasi langsung dengan dokter anak atau dokter bedah.
 

Siapkan Momen Spesialnya

Kapan pun waktu yang Anda pilih, khitanan adalah tonggak sejarah penting dalam kehidupan anak Anda. Ini adalah momen perayaan, syukuran, dan doa.

Setelah Anda dan si kecil mantap menentukan tanggal, langkah selanjutnya adalah merencanakan momen syukuran dan mengabari kerabat serta sahabat. Di era digital ini, membagikan kabar bahagia tidak perlu repot.

Anda bisa membuat undangan syukuran khitanan yang modern, personal, dan mudah dibagikan hanya dalam hitungan menit di Khitanan.id. Pilih tema yang disukai si jagoan, masukkan detail acara, dan bagikan undangannya lewat WhatsApp.

Semoga persiapan khitanan si kecil berjalan lancar!



Berikan Komentar Via Facebook