Seberapa Besar Pengaruh Kecerdasan Anak yang Diturunkan dari Ibu? Temuan Ahli Mengungkapkan Fakta Terkait
Seberapa Besar Pengaruh Kecerdasan Anak yang Diturunkan dari Ibu? Temuan Ahli Mengungkapkan Fakta Terkait
Selasa, 24 Oktober 2023 11:10 WIB | 644 views

Mungkin Anda telah mendengar pernyataan bahwa faktor kecerdasan anak dapat diwarisi dari ibu. Ternyata, ini adalah kenyataan yang didukung oleh ilmu pengetahuan. Namun, pertanyaannya adalah berapa besar kontribusi genetik dari ibu yang berperan dalam mewariskan kecerdasan kepada anaknya?

Untuk memahami hal ini, kita perlu menggali lebih dalam tentang fakta-fakta ilmiah yang melatarbelakangi klaim tersebut. Sebuah studi ilmiah mengungkapkan bahwa beberapa gen memiliki peran berbeda, bergantung pada apakah gen-gen tersebut berasal dari ibu atau ayah.

Gen yang bertanggung jawab atas kecerdasan manusia terletak pada kromosom X. Karena perempuan memiliki dua kromosom X sedangkan laki-laki hanya memiliki satu, maka anak memiliki peluang dua kali lebih besar untuk mewarisi faktor kecerdasan dari ibu mereka. Sementara itu, gen-gen yang berasal dari ayah biasanya cenderung dinonaktifkan.


Dilansir dari laman HaiBunda, menurut laporan dari Readers' Digest, sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Medical Research Council Social and Public Health Sciences Unit pada tahun 1994 melibatkan 12.686 individu berusia 14 hingga 22 tahun. Setelah memperhitungkan berbagai faktor seperti IQ anak, ras, pendidikan, dan status sosial ekonomi, penelitian ini menunjukkan bahwa prediktor terkuat dalam menentukan tingkat kecerdasan adalah IQ ibu.

Selain dasar ilmiah ini, ada pula penjelasan logis lain yang dapat memahami mengapa anak-anak yang memiliki ibu yang cerdas cenderung tumbuh menjadi individu yang cerdas. Hal ini dikarenakan peran ibu yang seringkali menjadi pengasuh utama, dan mereka berperan sebagai arsitek utama dalam membentuk lingkungan yang mendukung perkembangan otak anak selama periode kritis dalam perkembangan mereka.


Ikatan emosional antara ibu dan anak memengaruhi tingkat kecerdasan

Tidak hanya faktor genetik, peran seorang ibu dalam membentuk kecerdasan anak juga dipengaruhi oleh ikatan emosional yang kuat antara mereka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ikatan yang kuat antara ibu dan anak memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan kecerdasan.

Para peneliti di Universitas Washington menemukan bahwa ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak sangat berperan dalam pertumbuhan bagian-bagian otak tertentu. Setelah menganalisis interaksi ibu dengan anak-anak mereka selama tujuh tahun, penelitian ini mengungkapkan bahwa anak-anak yang mendapatkan dukungan emosional dan pemenuhan kebutuhan intelektualnya dari ibu mereka memiliki hipokampus (bagian otak yang berhubungan dengan memori, pembelajaran, dan respons terhadap stres) sekitar 10% lebih besar daripada anak-anak yang kurang memiliki ikatan emosional yang erat dengan ibu mereka.

Ikatan emosional yang kuat dengan ibu dapat memberikan rasa aman kepada anak-anak, memungkinkan mereka untuk menjelajahi dunia dengan keyakinan diri, dan mendorong kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Seorang anak yang memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah cenderung dapat mencapai potensi terbaiknya.


Seberapa besar pengaruh kecerdasan yang diwariskan dari ibu?

Para ilmuwan memperkirakan bahwa hanya sekitar 40-60% dari kecerdasan yang dapat diwarisi dari ibu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peran ibu dalam membentuk kecerdasan anak sangat signifikan.

Namun, selain faktor genetik, faktor lingkungan juga memegang peran penting. Penelitian juga menunjukkan bahwa ayah juga memiliki peran dalam membentuk kecerdasan anak. Para peneliti mencatat bahwa sifat-sifat lain yang diatur oleh gen, seperti intuisi dan kemampuan emosi, juga dapat diwarisi dari ayah, dan ini berperan dalam membantu anak mencapai potensi kecerdasan mereka.


Stres ibu mempengaruhi tingkat kecerdasan

Dilansir dari Harvard Gazette, pola pikir yang berkembang pada orang tua dapat memiliki dampak positif pada pendidikan anak-anak mereka. Namun, saat ini masih belum sepenuhnya dipahami sampai sejauh mana pola pikir tersebut dapat memengaruhi perkembangan anak-anak.

Penelitian baru-baru ini yang dilakukan oleh seorang dokter spesialis anak di Boston Medical Center, Mei Elansary, bersama dengan lima peneliti lainnya, menemukan bahwa pola pikir yang berkembang pada seorang ibu dapat membantu mengurangi dampak negatif stres pada bulan-bulan awal kehidupan seorang anak dan mendorong perkembangan otak mereka.

Penelitian ini didasarkan pada temuan sebelumnya, termasuk penelitian oleh Meredith Rowe, seorang Profesor Pembelajaran dan Perkembangan Dini Saul Zaentz, yang menunjukkan efek positif dari pola pikir yang berkembang dalam interaksi ibu dan anak.

"Pola pikir yang berkembang (growth mindset) pada seorang ibu adalah keyakinan bahwa ia dapat mengembangkan kemampuan anak melalui kerja keras dan usaha, serta bahwa ia dapat membantu anak-anaknya dalam belajar hal-hal baru dan mengembangkan kemampuan mereka," kata Elansary.

Di sisi lain, pola pikir ibu yang cenderung statis adalah keyakinan bahwa kemampuan anak akan tetap sama seiring berjalannya waktu, tanpa memperhatikan sejauh mana upaya yang diberikan sebagai seorang ibu dalam mendukung pembelajaran anaknya.

Penelitian terbaru ini melibatkan 33 ibu dan anak mereka, yang berusia sekitar 12 bulan, sebagai bagian dari studi kohort longitudinal yang mencoba memahami peran stres dan perkembangan anak. Penelitian ini dipimpin oleh Charles Nelson, seorang profesor pediatri dan ilmu saraf di Harvard Medical School, serta profesor pendidikan di Harvard Graduate School of Education. Para ibu yang terlibat dalam penelitian ini direkrut dari klinik perawatan primer di Rumah Sakit Anak Boston.

Para peneliti meminta ibu-ibu tersebut tentang pola pikir mereka dan tingkat stres yang mereka alami, sementara aktivitas otak anak-anak diamati melalui elektroensefalografi.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa stres ibu tidak hanya berdampak pada interaksi dan keterikatan ibu dan bayi, tetapi juga pada perkembangan otak masa kanak-kanak. Temuan baru menunjukkan bahwa bayi yang memiliki ibu yang merasa stres dan memiliki pola pikir tetap mengalami aktivitas otak yang lebih rendah. Sebaliknya, bayi yang memiliki ibu dengan pola pikir berkembang tidak menunjukkan dampak negatif yang sama.


(Foto/Gambar: Ilustrasi ibu dan anak/iStockphoto)



Berikan Komentar Via Facebook