Marak Kasus Bullying di Lingkungan Sekolah: Simak Penyebab dan Upaya Penanggulangannya Menurut Pakar Psikologi Anak UNESA
Marak Kasus Bullying di Lingkungan Sekolah: Simak Penyebab dan Upaya Penanggulangannya Menurut Pakar Psikologi Anak UNESA
Jum'at, 06 Oktober 2023 11:40 WIB | 598 views

Maraknya kasus bullying yang terjadi di lingkungan sekolah menjadi perhatian serius. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), selama beberapa tahun ke belakang, tercatat setidaknya ada puluhan kasus perundungan terjadi di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

Dilansir dari laman resmi UNESA, Pakar Psikologi Anak dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Riza Noviana Khoirunnisa, S.Psi., M.Si., juga memberikan pandangan mengenai masalah ini. Ia menggambarkan fenomena bullying sebagai sebuah wabah yang menyebar dengan cepat, menimbulkan banyak korban, dan terus meningkat setiap tahunnya.


Penyebab Bullying pada Anak

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab kasus bullying ini. Namun, salah satu faktor yang sering ditemui adalah ketidakseimbangan antara pelaku dan korban, baik itu dalam hal fisik, kemampuan komunikasi, gender, atau status sosial. Selain itu, pelaku juga sering menggunakan ketidakseimbangan kekuatan untuk mengganggu atau mengisolasi korban.

Pengaruh dari lingkungan pergaulan yang negatif dan tekanan dari teman sebaya juga sering menjadi penyebab bullying. Terutama di usia sekolah dasar, anak-anak berada dalam fase ketekunan vs rendah diri, dan sering kali perbedaan dalam kepercayaan diri dapat menjadi masalah di sekolah.

Bullying juga sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup, mungkin karena efeknya tidak selalu terlihat secara langsung atau tidak selalu terdeteksi karena banyak korban yang tidak melapor, mungkin karena takut, malu, atau terancam.


Dampak Bullying Bagi Anak

Bagi anak yang menjadi korban bullying, dampaknya sangat signifikan terhadap kesehatan mental mereka. Mereka sering merasa terisolasi secara sosial, kesulitan memiliki teman dekat, dan mungkin memiliki hubungan yang buruk dengan orang tua. Ini dapat menyebabkan trauma yang berkepanjangan dan memengaruhi penyesuaian mereka dengan lingkungan, terutama di sekolah. Penelitian juga menunjukkan bahwa bullying dapat memengaruhi prestasi akademik dan bahkan menyebabkan putus sekolah.

Sementara bagi anak yang menjadi pelaku, perilaku bullying dapat mengurangi kemampuan mereka untuk berempati dalam interaksi sosial. Mereka cenderung menunjukkan perilaku abnormal, hiperaktif, atau prososial yang berlebihan. Semua ini berkaitan dengan respons pelaku terhadap lingkungan sosial mereka.

Ada juga kasus anak yang menjadi korban dan pelaku bullying sekaligus, yang mengalami gangguan mental yang lebih serius. Anak-anak di level ini sering kali mengalami gangguan perilaku prososial dan hiperaktif, yang memerlukan perhatian khusus baik dari sekolah maupun orang tua.


Solusi dan Upaya Penanggulangan

Menurut Riza Noviana Khoirunnisa, iklim di sekolah harus diperhatikan secara serius. Sekolah harus memiliki program pencegahan, intervensi, dan sosialisasi yang efektif. Kolaborasi yang kuat antara sekolah dan orang tua adalah kunci. Komunikasi aktif antara sekolah dan orang tua harus ditingkatkan, bahkan bisa melibatkan pembentukan divisi khusus di sekolah yang menangani komunikasi dengan orang tua. Sekolah juga dapat menyediakan layanan hotline dan situs web interaktif untuk memudahkan komunikasi.

Selain itu, penting juga untuk memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak di rumah. Pola asuh yang mendukung adalah yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara dan berbagi pikiran serta perasaan mereka.


(Foto/Gambar: Ilustrasi bullying/perundungan/Freepik)



Berikan Komentar Via Facebook