Dosen Prodi Bedah Anak FK Unair Jelaskan Tentang Batasan Usia Khitan Bayi
Dosen Prodi Bedah Anak FK Unair Jelaskan Tentang Batasan Usia Khitan Bayi
Selasa, 06 Juni 2023 13:47 WIB | 752 views
Tidak sedikit di Indonesia, orang tua yang mengkhitankan anaknya ketika masih bayi. Kendati demikian pada umumnya, khitan pada anak laki-laki dilakukan jelang pubertas.

Dilansir dari detik.com, Dosen Prodi Ilmu Bedah Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Barmadisatrio dr SpBA Subsp DA (K) menerangkan, sunat atau yang disebut sebagai sirkumsisi adalah tindakan membuang sebagian kulit ujung penis (kulup). Menurutnya, secara medis tak ada batasan usia dalam laki-laki untuk dikhitan.


"Jadi sunat sesuai indikasi medis, umur berapa pun bisa, meski bayi atau dewasa dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko. Namun, apabila ada kontraindikasi seperti kelainan bentuk penis pada bayi, maka tidak bisa melakukan sunat," jelasnya melalui program Dokter Edukasi Unair, dikutip dari rilis laman kampus pada Senin, (29/5/2023).


Dr Barma mengatakan, sunat dapat menjadi solusi pada bayi yang kesulitan buang air kecil karena infeksi saluran kemih. Di samping situ, sunat dapat menurunkan risiko penyakit menular.


Kapan Sunat Bayi Diperbolehkan?

Dr Barma menegaskan, sunat pada bayi diperbolehkan selama anak tersebut tidak mengalami komplikasi.

"Sunat pada bayi adalah hal yang aman selama tidak ada kontraindikasi dan pengerjaannya oleh tenaga ahli dengan metode yang tepat," ujarnya.

Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya ini memaparkan ada 2 metode sirkumsisi yang umum, yakni dengan alat atau tanpa alat. Sirkumsisi dengan alat dapat menggunakan metode konvensional, klamp, stapler, sampai laser yang setiap alatnya punya keunggulan tersendiri. Menurut Dr Barma, metode khitan apa pun yang penting sesuai dengan kondisi dan keahlian dari yang melakukannya.

"Kalau alatnya memang tepat, insyaAllah risikonya sangat kecil," ungkapnya.

Dokter spesialis bedah anak itu menyebutkan, risiko sirkumsisi yang kerap terjadi adalah nyeri bekas tindakan sehingga ada bengkak. Namun, ini adalah hal yang wajar karena proses penyembuhannya butuh waktu sekitar 5 hari.

Pada sisi lain, risiko jangka panjangnya adalah terjadi pendarahan hingga infeksi karena prosedur yang tak sesuai dengan standar medis. Adapun pemicu infeksi ini bisa dikarenakan kontaminasi kotoran bayi yang tidak bersih. Maka dari itu, Dr Barma menganjurkan agar orang tua selalu menjaga kebersihan alat kelamin bayi.

"Memang setelah tindakan harus menjaga kebersihan. Maksudnya di sini, ketika kencing dibersihkan sampai kering dan jangan dibiarkan popoknya tidak diganti," lanjutnya.


Berikan Komentar Via Facebook